Selasa, 09 Juni 2015

Yang Cermin Ucap

Menatap potret termangu depan sana.
Gemerlap manis - manisnya dunia, sejenak menutup mata, melupakan rasa nikmatnya sebuah perjuangan. Terlepas dari yang terlihat waktu itu. Siapakah yang ada di sana ?

Dari yang menangis di sudut ruang. Wajah keriput yang semakin menua. Rambut mereka semakin memutih. Lambat laun renta. Tak ada yang bisa diharapkan lagi. Hanya sebatang kencur yang mulai menua pula, yang mampu mengangkat derajat mereka.
Tapi apa ? Kencur telah lupa.

Terlalu senangnya dengan manis - manis dunia. Telah lupa akan pahit manis nikmatnya perjuangan. Kini jatuh baru tahu rasa. Mau salahkan siapa ? Orang lain ?!
Dan tak habis pikir. Sudah tahu begitu, masih juga kejar simalakama. Kapan sadar ?!

Menunggu hingga si cermin pecah ?
Jangan harap.

0 komentar:

Posting Komentar